Rabu, 20 Juli 2011

“PLAYBOY itu MELAMARKU”


sekitar 1 tahun aku mengenalnya.. berawal dari sebuah alat komunikasi yg telah menyambungkan aku dengannya hingga kami terlibat pembicaraan panjang. Dia mengingatkanku, bahwa kita pernah berjumpa beberapa tahun yg lalu, yg entah akupun tidak ingat kapan itu terjadi, saat itulah petama kalinya aku berkenalan dengannya disebuah cafe.
Pembicaraan panjang yg semakin hari semakin berlanjut, membuatku sedikit demi sedikit mengenalnya. Saat itu, aku sedang menata hatiku yg telah hancur berkeping-keping setelah melepaskan lelaki 3 tahunku. aku sedang berusaha bangkit dari kepedihan, dan kemunculannya adalah saat yg tepat, saat dimana aku membutuhkan pundak utk menangis, dan dia menyerahkan pundaknya untukku.
Semakin lama semakin nyaman aku didekatnya. Kehadirannya memberikan senyum dihari-hariku, dengan sifatnya yg humoris dia mampu membuat tangisku menjadi tawa, dengan kelembutannya dia mampu membuat hatiku merasa lebih baik dari sebelumnya. Dia seperti malaikatku saat itu.
Tapi ternyata.. semakin aku mengenalnya, semakin aku tahu bahwa dia adalah seorang ‘playboy’ yg mendekati banyak wanita selama ini. Aku banyak mendapat info tentangnya, dan info-info itu banyak berisi tentang keplayboyannya. Tapi bagiku, yasudahlah.. itu urusan pribadi dan hak hidupnya, perannya dihidupku saat itu pun tidak lebih dari seorang pahlawan yg menyelamatkan hatiku dari kepedihan. 
Dan ternyata tibalah saat yg membuatku bimbang.. “dia menembak-ku”, dia memintaku menjadi kekasihnya. Saat itu aku tidak tau harus berkata apa, entah jawaban apa yg harus kukatakan, karena akupun tidak tau apa yg kurasakan padanya saat itu. Namun akhirnya kujelaskan padanya, bahwa aku masih belum siap untuk membuka hatiku pada seseorang, aku masih ingin menyempurnakan hatiku yg telah robek dan usang. aku masih ingin menjalani hari-hariku sendiri. Dan dia mengerti.. lalu dengan sedikit candaan kukatakan padanya, “kalo playboy pacaran dengan playgirl, apa jadinya?”, dia pun tertawa, dan menjawab, “aku playboy yg ingin dihentikan keplayboyannya oleh seorang wanita”. Dan aku.. hanya tersenyum mendengar kalimat itu.
Ternyata penolakan itu tidak membuatnya pergi dari sisiku, dia masih tetap mengisi hari-hariku, dia masih terus mengeluarkan candanya, keseruannya, dan kebaikannya dihadapanku. aku hanya bisa tersenyum, dan tidak kupungkiri, rasa nyaman ini sangat menyenangkan.
Tapi saat itu.. tak hanya dia yg mendekatiku, ada beberapa pria yg mencoba memasuki pintu hatiku. Dan entah mengapa, saat aku siap membuka hati dan sudah siap menerima seseorang utk mendampingiku, aku malah memilih “yang lain”, bukan “DIA”
Dan aku pun akhirnya memiliki kekasih baru, aku mencintai kekasihku. Dan dia.. kecewa dengan keputusanku, dia ungkapkan rasa sakit hatinya karena aku memilih yg lain. Akupun tak bisa menjelaskan mengapa aku memilih pria itu utk menjadi kekasihku, kenapa bukan “dia” yg selama ini terus menerus ada disampingku?? entahlah.. yg pasti, aku tidak bisa membohongi perasaanku, aku jatuh cinta pada pria yg menjadi kekasihku, sungguh..
akhirnya, dia pun mengerti dan menerima meski terus mengatakan bahwa dirinya kecewa..
aku menjalani hubunganku dengan kekasih baruku, hari-hariku sangat indah, kekasihku mampu membuat hatiku sangat mencintainya, hingga kepedihan dari lelaki 3 tahun itu pun benar-benar hilang dan tak berbekas lagi sedikitpun. aku benar-benar bahagia saat itu.. tapi, hubunganku dengan kekasihku dipisahkan oleh jarak, kami “long distance”, sehingga waktuku lebih banyak berada dikotaku, dan hanya dalam itungan jari aku berkesempatan untuk bisa bertemu dengan kekasihku.
Dikotaku, ternyata “Dia” tidak berhenti mendekatiku, meski aku sudah punya kekasih, dia masih tetap ada dihari-hariku. aku tidak bermaksud untuk membohongi kekasihku, aku hanya mencoba untuk tetap berkomunikasi yg baik dengan “dia”. Kami pun terus berhubungan..
Tibalah aku merasakan kekecewaan dari kekasihku, aku merasa sedih dan ingin menangis. Entah mengapa.. ternyata orang yg pertama kali ingin kutemui disaat aku bersedih adalah “dia”, aku segera berlari untuk menemuinya dan meminjam pundaknya, dan ternyata dia sangat antusias menyambutku, dengan senyumnya dia mengatakan bahwa dia akan selalu siap merangkulku dalam keadaan apapun. aku menangis sejadi-jadinya dipundaknya, aku ceritakan semuanya, aku tumpahkan segala kesedihanku dihadapannya. Dia menenangkanku, dan akhirnya akupun tenang.. berada disampingnya membuatku sangat nyaman.. entah benar atau tidak yg kulakukan ini, entah aku ini wanita yg tidak memikirkan perasaan orang lain atau tidak, yg pasti hanya “dia” yg ingin kujadikan sandaran saat itu.. aku hanya bisa berkata ‘maaf’ dalam hati saat melihat wajahnya yg sedikit mengerutkan dahinya, mungkin ada rasa sakit dihatinya mendengarkan ceritaku tentang kekasihku, tapi dia tetap berusaha tersenyum dan menghapus air mataku..
Setelah aku berbaikan dengan kekasihku, aku kembali menjalani hari-hariku seperti biasa, tapi tetap “dia” selalu muncul dalam keseharianku.
Sekian lama kejadian itupun berlangsung berkali-kali, kekasihku sering menyakitiku, dan selalu “dia” yg kubutuhkan utk menjadi sandaranku. hingga suatu saat muncullah kata-kata darinya, “aku tidak mau melihat km terus menangis, aku tidak rela, buat apa bersamanya terus kalau hanya untuk membuat km menangis?” kata-kata itu menyadarkanku, tapi tetap aku tidak bisa meninggalkan kekasihku karena aku sudah sangat mencintainya. kujelaskan pada “dia” bahwa aku sudah terlanjur cinta. Dia hanya menunduk dan kembali tersenyum, “yasudah.. kamu bersabar saja, semoga dia tidak menyakiti km lagi, aku hanya ingin melihat km bahagia”, itu yg terucap darinya.
Pada akhirnya, akupun “PUTUS” dengan kekasihku, aku semakin tidak sanggup menangis terus-menerus, aku tidak sanggup merasakan kepedihan lagi yg ke sekian kalinya dari laki-laki. akhirnya aku mengorbankan perasaanku dan rela melepaskan kekasihku. Saat itu hatiku kembali hancur, aku rapuh dan merasa tidak berdaya lagi, dan ternyata aku tetap lari untuk menemui “dia”, kucurahkan isi hatiku, kuteriakkan semua kesedihanku dihadapannya, dia pun masih bersikap yg sama seperti biasanya, menenangkanku, merangkulku, dan mengusap air mataku. Dan saat itu pula dia memberitahuku bahwa dia sudah memiliki ‘kekasih baru’
Entah bertambah atau tidak kesedihanku saat itu, saat aku mendengar dia sudah memiliki kekasih baru disaat aku sudah melepaskan kekasihku. entahlah.. saat itu aku sungguh sedang hancur. Tapi entah mengapa, rasanya tidak bisa kubohongi perasaanku, aku merasa ada kesedihan tersendiri saat mengetahui dia sudah memiliki kekasih baru. Tapi.. dia tetap berperan menjadi sosok yg sama, yg selalu membangkitkan aku dari keterpurukan dan kesedihan.
Hari-hariku berubah menjadi buram lagi, aku kembali menata hatiku yg hancur. Saat-saat itulah aku berusaha bangkit dengan ketegaranku sendiri. Dan ternyata.. “dia” tetap berada dihari-hariku utk terus selalu siap mendampingiku dalam keadaan apapun, meski dia sudah memiliki kekasih, dia tetap terus berada disampingku dan selalu ada disaat aku butuhkan.
Semakin lama aku pun ‘sembuh’ dari kesedihanku. aku kembali tersenyum dan tidak berada dalam kepedihan lagi. Ternyata.. saat aku sudah bangkit, aku semakin merasa ada sebuah rasa sakit dihatiku saat aku melihat ‘dia’ bersama kekasihnya. Entah apa perasaan itu.. sepertinya Aku Cemburu.
Tapi tidak.. aku tidak boleh egois, aku harus berbahagia melihatnya bahagia.
Suatu hari… ternyata dia “putus” dengan kekasihnya. entah mengapa, hal yg sama pun dilakukan olehnya, dia berlari menemuiku, tapi tidak menunjukkan ‘kesedihan’, dia hanya memberitahuku tentang putusnya dia dengan kekasihnya. Akupun bertindak hal yg sama dengannya, berusaha menghiburnya dan memberikan semangat padanya untuk bangkit.
Selang beberapa lama setelah itu.. hari-hariku masih terus di warnai olehnya, dan tiba-tiba muncul kembali kata-katanya yg dahulu pernah memintaku menjadi kekasihnya. dia “menembakku” lagi. dia mengatakan, “aku tidak mau kehilangan km untuk yg kedua kalinya, aku tidak mau km dimiliki oleh orang lain lagi, sebelum itu terjadi, aku mau km jadi pacarku. ini keinginan sejak dulu, km tau kan? km bersedia?”, akupun terpaku dan tidak bisa mengatakan apapun, entah saat yg tepat atau tidak dia mengatakan hal itu padaku disaat dia baru melepas kekasihnya. ada rasa takut menjadi sebuah ‘pelarian’ dihatiku, dan entah mengapa aku masih belum merasa yakin untuk menjadikan dia kekasih, karena saat itu aku benar-benar sudah terlalu takut untuk berkomitmen lagi dengan seorang pria setelah aku merasa ‘hancur’ lagi ke sekian kalinya dari kekasihku sebelumnya. Akhirnya terucap kalimat dari bibirku, “aku tidak bisa. km harus tau, semenjak aku putus dari lelakiku yg kemarin, aku memiliki keputusan yg sudah sangat kufikirkan matang2, aku memutuskan untuk tidak berkomitmen lagi, aku tidak mau berpacaran lagi. Itu keputusanku saat ini. Aku sudah bosan dgn hubungan percintaan yg selalu berujung sakit. Saat ini, aku mencari calon suami untuk pasangan hidupku, bukan mencari pacar. Biarlah hubungan kita seperti ini, kita tunggu sampai Tuhan yg jawab, apakah kita berjodoh atau tidak. Akan ada waktunya. Km mengerti kan?”, dia kembali tertunduk, dan menghela nafasnya, lalu mengutarakan beberapa pertanyaan untuk mendapatkan penjelasan selanjutnya. aku tetap menjelaskan hal yg sama, dan akhirnya… dia pun mengerti dan menghargai keputusanku.
Beberapa lama setelah itu.. aku terus berhubungan baik dan menjalani hari-hari seperti biasanya dengan ‘dia’.
Aku adalah seorang wanita yg tidak pernah kesepian dari pria-pria, itu yg kualami selama ini. Banyak sekali pria-pria yg mendekatiku dan berusaha masuk kedalam hatiku. tapi tidak ada satupun yg bisa membuatku ingin memilih salah satu diantara mereka. aku hanya berusaha membuka hati pada siapapun, dan berusaha mencari kebahagiaan yg belum kutemui hingga saat ini.
Tibalah saat-saat aku meluangkan waktuku untuk berkencan dengan beberapa pria. Bukan bermaksud menjadi seorang “playgirl” tapi aku hanya berusaha menemukan sosok yg tepat untuk menjadi pasangan hidupku. Tapi, disaat aku sudah banyak memberikan waktu utk beberapa pria, “dia” yg masih berada dihari-hariku mengungkapkan kecemburuannya, aku tahu dia tidak bermaksud egois, dia hanya bermaksud jujur, aku menghargainya.
Beberapa lama setelah itu, ternyata aku masih belum menemukan sosok yg tepat, aku masih terombang-ambing dalam tujuanku. Dan saat itulah muncul suatu sosok yg sedikit mulai memasuki hatiku, sosok itu sosok yg unik dan mampu membuatku tersenyum disetiap harinya. entah mengapa, ingin sekali kuceritakan pada “Dia” tentang hal ini, dan akupun bercerita sambil berseri-seri dihadapannya. Tapi wajah “dia” tidak senang sepertiku, dia terlihat sedikit murung, dan seperti mendengar suatu hal yg tidak menyenangkan. seketika aku merasa bersalah sudah bercerita tentang hal ini, tapi tetap kutegaskan padanya bahwa aku masih memiliki keputusan untuk tidak berkomitmen dengan lelaki manapun sampai aku merasa yakin utk menjadikan pasangan hidupku. aku hanya bermaksud bercerita, dan dia pun mengerti. Seperti biasa dia selalu mendukung apapun yg menjadi keputusanku.
Semakin lama, semakin aku membuka hati untuk beberapa pria, tiba-tiba dimalam hari datanglah “dia” kerumahku dan mengajakku pergi ke suatu tempat. aku pergi dengannya, meski belum tahu apa tujuannya. Kamipun berhenti di suatu tempat yg sepi dan tidak terdengar suara apapun malam itu. Di dalam mobilnya, dia menatapku, lalu tersenyum. aku bertanya “mau apa disini?”, dan dia akhirnya memulai suatu cerita. dia menceritakan sesuatu tentang dirinya, keluarganya dan pekerjaannya,
“aku akan pindah kerja akhir tahun ini, pekerjaan baruku nanti tidak di negeri ini, tp di luar negeri. keluargaku sudah setuju dengan keputusanku untuk kerja di luar negeri, tp mereka ingin aku menikah sebelum aku pergi”
kudengarkan ceritanya dengan serius, kuperhatikan setiap kata-katanya, terlihat keseriusan dari wajahnya saat bercerita. Tiba-tiba..
“aku mau menikah, tapi tidak mau dengan wanita manapun, aku mau DENGAN KAMU”
seketika jantungku rasanya berhenti, aku kaget dan merasa seperti jatuh ke jurang, aku shock yg sangat luar biasa. lalu dia bertanya..
“kamu bersedia menikah dengan aku?”
dengan wajah yg penuh harapan dia ungkapkan pertanyaan itu. Sedangkan aku, dengan wajah yg sangat shock tidak mampu berkata apa-apa, aku terlalu kaget dan belum siap mendengar kata-kata ini, karena dia ‘BUKAN KEKASIHKU’
tapi.. laki-laki itu MELAMARKU..
seketika waktu terasa berhenti, aku dan dia terdiam sejenak, rasanya kaku sekali. lalu keluar kata-kata dari mulutku, “kenapa km bisa berkata begitu? km jangan main-main dengan kalimat itu, itu bukan kalimat sembarangan”
 lalu dia menjawab dengan penjelasan yg panjang..
“apakah km menyadari hubungan kita selama ini? hubungan kita memang tidak pernah berkomitmen, tp km sadar tidak, kita selalu menjalani hari-hari bersama, dalam keadaan apapun aku dan kamu selalu bertemu disatu titik. disaat km berpacaran dgn pria lain, km tetap selalu bersama aku, disaat aku bersama wanita lain pun, aku tetap selalu bersama km, kita selalu dipertemukan seperti apapun keadaannya. Meski aku dikenal playboy dan dekat dengan banyak wanita, tp km pasti bisa merasakan, pada siapa aku selalu berlari, hanya kamu kan? entah kenapa, selalu km yg jadi ujungku, ujung-ujungnya selalu km. Dan keyakinan yg ada didalam hati aku, hanya kamu. sampai aku memutuskan untuk menikahpun, jawabannya adalah KAMU. dengan kamu aku mau menikah, tidak mau dengan wanita manapun. AKU MAU MENIKAHI KAMU. km bersedia??”
aku semakin kaku dibuatnya, semakin tidak bisa berkata apa-apa. hanya bisa menelan ludah, dan mengalihkan pandangan. Sungguh.. tidak tau jawaban apa yg harus kukatakan. yg kurasakan saat itu hanya ‘ketidakyakinan’, kalau mengenai perasaan, aku benar-benar nyaman dan selalu merasa sangat nyaman bersamanya. Tapi.. ‘ketidakyakinan’ ini begitu kuat. melihat dirinya yg memiliki latar belakang ‘playboy’, melihat tingkah lakunya yg masih senang dengan ‘dunia gemerlap’, melihat kebiasaan buruknya yg masih senang dengan ‘kesenangan duniawi’, semuanya berkecamuk dalam fikiranku. meski banyak sekali sisi baik di dirinya, tp untuk memutuskan tentang pernikahan bukan hal yg sembarangan, bukan hal yg bisa mendapat jawaban secepat itu. ini adalah hal yg harus dipertimbangkan baik buruknya. manusia memang tidak ada yg sempurna, tp aku tidak mau ‘SALAH PILIH’. akhirnya ku jawab..
“Aku ingin mendapatkan Suami yg SHOLEH, yg sudah meninggalkan kesenangan duniawi, yg bisa menjadi imam yg baik yg akan membawa aku dan anak-anakku kelak ke Surga. Hanya itu yg kuinginkan dari sosok Suami. aku juga tidak sempurna, aku pun masih belum bisa menjadi wanita yg Sholehah, tp aku sedang berusaha untuk menjadi seperti itu, dan aku sudah merasa jd seseorang yg lebih baik dari sebelumnya. Maka, aku ingin mendapatkan calon suami yg sama seperti itu, yg jauh dari ‘kesenangan duniawi’ dan berjalan dijalan yg benar untuk menjadi laki-laki yg Sholeh. Maaf, aku tidak bisa jawab pertanyaan km saat ini, karena melihat diri km yg masih seperti itu” inilah jawabanku.
Seketika dia terdiam dan menunduk. beberapa menit kemudian dia menghela nafasnya, lalu tersenyum dan berkata..
“aku mengerti, aku memang masih jauh dari kriteria calon suami yg km inginkan. tapi aku akan berusaha mengubah semuanya, aku pasti bisa berubah lebih baik dan menjadi laki-laki yg sesuai dengan keinginan km, beri aku waktu”
lalu kujawab, “aku tidak perlu memberikan waktu, perubahan yg km niatkan itupun jangan dilakukan hanya karena aku, tapi karena diri km sendiri. berubahlah karena diri km sendiri, bukan karena orang lain. cuma itu pesanku. Dan jawaban inipun bukan jawaban yg perlu km tunggu, karena akupun tidak tahu kapan bisa menjawabnya. mungkin semua jawaban ada di diri km. Dan yg perlu km tahu, kita tidak tau kita ini berjodoh atau tidak, kita bisa lihat nanti jawaban dari ALLAH SWT”, hanya itu yg bisa kujawab.
dia tertegun dan terlihat berfikir, lalu.. “ya, aku mengerti, tapi kalau km sudah punya jawaban untukku,tolong km bilang sm aku. Ya??”
jawabanku hanya tersenyum sambil mengusap kepalanya.
Begitulah cara si ‘playboy’ itu MELAMARKU :)
Setelah kejadian itu, hari-hariku bersamanya berjalan seperti biasanya lagi dan terasa ada yg berbeda dihatiku, kami selalu ‘senyum-senyum’ sendiri saat saling menatap. dan aku masih tetap merasa nyaman disampingnya hingga saat ini..
entah jawaban dari pertanyaan itu akan ada atau tidak, yg pasti hanya TUHAN yg akan menjawabnya suatu saat nanti. aku dan dia hanya cukup menunggu saat itu tiba.
Bagiku.. Jika kami tidak berjodoh, pasti kami akan dipisahkan dengan cara yg tidak kami duga. Tapi, jika kami berjodoh, pasti kami akan disatukan dalam sebuah ikatan yg sakral suatu saat nanti. Itu saja…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar