Kamis, 21 Juli 2011

Ternyata SELINGKUH...

Aku menemukannya, tepat! Ternyata selingkuh mempertemukan aku dengan impianku. Bukan kamu ~ 
antara AKU, KAMU dan DIA.

Celah hatiku berbisik, "masih maukah kamu menancapkan panah padaku?", hanya TIDAK yg kujawab. Diantara semua keindahan yg menyetubuhi rasaku, AKU mencintai KAMU, kekasihku.
Dengan mata berbinar dan hati tersenyum, bibirku berucap, "aku memuja setia"
Sejauh perjalanan panjang yg mengitari lika-liku langkahku denganmu, berharga. Harta yg melebihi keindahan.

Entah apa yg membangkitkan celahku, seseorang itu yg memamerkan sinarnya, DIA. Dihadapanku mengalirkan denyut yg ajaib, tidak kalah dengan bintang yg jatuh ke bumi. Aku tertancap! Panah bisunya mampu menyeruakkan celahku.
Langkah kakiku berbelok, mencari arahnya, bukan arahmu, LAGI.

Aku mengintip kedalam hatiku, kulihat celah itu semakin nakal, dia terisi. Menolaknya seperti mengembalikan air hujan ke langit. Tidak bisa.
Ratusan hari yg telah kubeli dengannya, menyadarkanku.. kufikir hati ini sudah dipenuhi oleh Kamu, ternyata belum. Dia... menyempurnakannya.
Senja menghampiri, redup dan menuju gelap, tanpa jeda dia melemparkan senyumnya dan menarik anganku kedalam angannya. Keheningan memupuk hati untuk menyambut hangat cahayanya.

Kisah tersembunyi yg akan tercium harum busuknya, dan Kamu pun...... menciumnya. Mata polosmu sulit kucaci dengan kebohongan, seakan memelas kejujuran. Dengan keberontakan hati, kukatakan, "aku masih SETIA"

Kesetiaan yg tidak suci. Perlahan kukemas hatiku, dan menatanya kembali dengan hati-hati. Kuperhatikan didalamnya, siapa yg bertengger?

Kamu

Dia

Masih.

Matahari terlihat malu-malu. Kamu kembali mempertanyakan tatapanku yg tak sedalam dulu, pelukanku yg tak sehangat dulu, sentuhanku yg tak selembut dulu. Lagi-lagi mata polosmu melumuri hatiku. Desah nafas kuhempas, dengan lantang kubuka kejujuran, "bersamanya melebihi kenyamanan denganmu. Bukankah kamu ingin aku bahagia? biarkan aku dengannya.. selingkuh"

Ditempat kenangan itu, tak kusangka tangan halus yg menghangatkanku selama ini mendarat di pipiku dengan dahsyat. Apakah aku salah? Jelas. Kamu membenciku? Sepantasnya.

Pengkhianat. Hanya itu yg terbentak darimu, lelaki yg kucintai selama ribuan hari. "Aku bukan pengkhianat, hanya sedikit nakal, kenapa tidak boleh selingkuh? sedikiiiit saja"

Hujan menyapu tangisku. Ternyata selingkuh bisa membalikkan cinta menjadi air mata. Berjalan seorang diri bersama butiran yg paling kubenci, rasanya sangat menyelekit ke pusaran hati. Aku telah berbagi hati... memang. Tidak perlu tau, biar tidak sakit, lebih halus bukan? seharusnya begitu. Tapi Tuhan terlalu menyayangimu.

Seketika pelukan hangat yg belum terlalu lama kukenal mendekap dengan sunyi. "Aku sudah tau". Tanpa amarah dan dampratan. DIA tidak menamparku. Dia memelukku. Dia tidak sepertimu. Kamu lihat?

Waktu tidak bertele-tele dalam menjalani detiknya. Mata polos itu hilang, entah berada dimana. Kukemasi kembali hatiku, dan kembali ku tata dengan hati-hati. Siapa yg bertengger?

Dia.

Seperti kapas hitam yg kembali menjadi putih. Kepergianmu ternyata tidak membuatku tidak lupa. Semudah itukah aku melupakanmu? Jelas Tidak. Dia yg telah merakit serpihan-serpihan hatiku dan menyempurnakannya. Dia berhasil menutup celah dan mengisi penuh hati yg terkikis. Di tempat yg penuh dengan buaian romantisme, dia melantunkan bait demi bait puisi janur kuning. Puisi yg selama ribuan hari dulu itu kutunggu dan terus kutunggu terucap dari KAMU.

Lantunan akad membuat hatiku berjingkrak. Air mata bahagia impianku itu akhirnya teralirkan di pipi wanita yg telah melahirkanku. Janji suci dihadapan Tuhan yg dilantangkan oleh DIA.. SEMPURNA.

Bersamaan dengan hari pencapaian mimpiku, surat dan setangkai mawar itu membuatku tersenyum, "Berbahagialah. Akulah yg tidak pantas untukmu. Sahabatmu yg tengah berbadan dua saat itu, perbuatanku. ~Aku, lelaki ribuan harimu"

Aku menemukannya, tepat! Ternyata selingkuh mempertemukan aku dengan impianku. Bukan kamu ~ 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar